Saturday, March 30, 2013

help me please.... T_T?

Q. ada yang tau tidak... mengenai penyakit pnuemonia pada balita... dari gejala dan sejenis penyakitnya
kalau bisa saya minta linknya atau berbentuk file pdf,word, dll...
intnya ada refrensi tambahannyaa...
mksh sebelumnya :D

A. Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar balita dan menjadi masalah kesehatan di negara berkembang , termasuk Indonesia. Vaksinasi merupakan upaya terpenting untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat penyakit ini .
Perkembangan kesehatan respirasi anak di negeri ini tak luput dari perhatian Prof.Dr. Mardjanis Said SpA(K). Lebih dari 30 tahun, ia menekuni bidang kesehatan anak khususnya respirologi. Selama itu pula penyakit infeksi pernapasan terutama pneumonia menjadi masalah kesehatan anak dan penyebab kematian balita terbesar di Indonesia.
Pneumonia merupakan 'predator ' balita nomor satu di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia diseluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 â 2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Persentase ini terbesar bahkan bila dibandingkan dengan diare (17 persen) dan malaria (8 persen).

Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 persen. "Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga menjadi persoalan negera berkembang yang kondisi lingkungannya buruk dan malnutrisi" kata Prof. dr. Mardjanis Said SpA,, pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Aula FKUI, 29 April lalu.Pada bayi usia kurang dari dua bulan, terutama pada masa neonatus, pneumonia sukar dibedakan dengan sepsis dan meningitis. Sebab etiologi bakterilogiknya berbeda dengan pneumonia anak usia di atas dua bulan. Di negara maju penyebab terbanyak adalah Sterptococcus grup B sedangkan di negara berkembang dilaporkan sering disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsilla sp, dan Coli sp.
Gambaran klinis, diagnosis dan prognosis pneumonia pada bayi dan balita dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antara lain faktor imaturitas anatomis dan imunologis, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, keterbatasan penggunaan prosedur diagnosis invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering dan faktor patogenesis. Gambaran klinis pneumonia diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Pertama, gejala infeksi umum seperti demam , sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan berkurang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare. Kedua, gejala gangguan respiratorik seperti batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnu, napas cuping hidung, air hunger dan sianosis.

Pemberian antibiotik merupakan salah satu kunci terapi pneumonia. Pasien pneumonia rawat jalan, diberi antibiotik seperti kortrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Sebagai perbandingan, sebuah penelitian multisenter di Pakistan yang membuktikan bahwa pada pneumonia rawat jalan, amoksisilin (25 mg/kg/BB) dan kotrimoksazol (4 mg/kg BB TMP- 20 mg/kg BB sulfametaksazol) 2 kali sehari adalah sama-sama efektif.
Sementara pada pneumonia rawat inap diberikan antibiotik beta-laktam intravena atau kombinasi antibiotik beta-laktam dan kloramfenikol intravena . Di Departemen IKA FKUI/RSCM pneumonia berat yang diberikan kombinasi amoksisilin dan kloramfenikol intravena, sejauh ini efektifitasnya cukup memuaskan. Sebagai referensi, suatu penelitian terapi antibiotik pada anak usia 2- 24 bulan dengan pneumonia berat antara penisilin G intravena (25 000 U/kg BB setiap empat jam plus kloramfenikol (15 mg/kg BB setiap 6 jam) dibandingkan dengan seftriakson intravena (50 mg/kg BB setiap 6 jam) yang diberikan selama 10 hari, efektifitasnya ternyata sama. Walaupun prevalensi pneumokokus resistensi penisilin makin berkembang namun studi bakteriologi klugman masih memberi harapan. Dilaporkan bahwa antibiotik beta-laktam dosis tinggi masih mampu mengatasi aktivitas bakteri gram positif resisten-penisilin. Oleh karena itu antibiotik beta-laktam masih merupakan antibiotik pilihan untuk pengobatan pneumonia
Cegah dengan Imunisasi
Ruang Yahoo answer tidak cukup, tidak bisa dilanjutkan. Baca dari sumber tsb di bawah ini

adakah yang tau tentang imunisasi pneumokokus(IPD) pada bayi?tolong infomasinya ya.trima kasih.?
Q.

A. IPD (Invasive Pneumoccocal Disease), merupakan sekelompok penyakit ganas yang disebabkan kuman Streptococcus pneumoniae (pneumokokus). âDari 90 tipe kuman pneumokokus, ada 10 tipe yang ganas dan menyerang anak-anak,â kata Dr. Alan Roland Tumbelaka, Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara media edukasi bertema Cegah Penyakit Pneumokokus, Pembunuh Utama Bayi dan Balita yang diadakan bulan Februari 2007 lalu.

Penyakit apa saja yang disebabkannya?

Kuman pneumokokus menyerang organ-organ vital di dalam tubuh, seperti:

*

Dalam otak, sehingga menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
*

Paru-paru, sehingga menyebabkan radang paru (pneumonia).
*

Aliran darah, sehingga menyebabkan infeksi darah (sepsis) dan kegagalan seluruh organ tubuh.
*

Telinga bagian tengah sehingga menyebabkan radang telinga bagian tengah (otitis media akut).

Apa Bedanya Dengan HiB?

Mengingat HiB juga menyebabkan meningitis dan pneumonia, lalu apa beda IPD dan HiB? âYang beda adalah kumannya,â kata Dr. Alan. âHib disebabkan oleh kuman Haemophilus Influensa B - yang mana tidak ada hubungannya sama sekali dengan flu - sementara IPD disebabkan oleh kuman pneumokokus. Jadi meski si kecil Anda sudah mendapatkan imunisasi Hib, risiko terkena meningitis dan radang paru masih bisa terjadi bila ia belum mendapatkan vaksin IPD. Meningitis yang disebabkan pneumokokus, lebih âjahatâ daripada yang disebabkan oleh Hib.â

Apa Gejalanya?

*

Meningitis pada bayi, gejalanya: Demam, rewel/gelisah, susah makan, terus-menerus menangis, lemah, intensitas interaksi berkurang. Pada balita, gejalanya: Demam, kejang tengkuk, sakit kepala, mual, bingung/disorientasi.

*

Pneumonia, tidak terlihat tandanya pada bayi. Pada balita, mungkin tidak tampak gejala gangguan pada pernapasan. Dalam banyak kasus, hanya muncul dalam bentuk demam atau napas yang cepat. Gejala dapat termasuk batuk, lelah/tidak enak badan, demam, sakit di dada, menggigil, sesak napas, sakit di perut dengan atau tanpa muntah.

*

Sepsis, bisa diketahui jika kulit anak Anda terasa dingin, lembap, nadi berdetak lemah, kecepatan denyut jantung tidak normal, pernapasan sangat cepat, hipotensi, oliguria, perubahan status mental.

*

Bacteremia, gejalanya sangat bervariasi, termasuk: Menggigil, panas, rewel, kemerahan pada kulit dan bintik merah, kulit terasa panas atau seperti terbakar.

Bagaimana cara kuman ini menyebar?

Kuman ini dapat berpindah secara mudah melalui udara dan percikan ludah, terutama di kondisi keramaian seperti hunian yang padat dan tempat penitipan anak (TPA) atau playgroup. Saat pergantian cuaca dan musim hujan kuman ini juga menyebar dengan cepat. Kuman yang sudah masuk ke dalam darah akan membuat kondisi semakin berbahaya.

Apakah imunisasi IPD aman bagi bayi dan anak-anak?

Vaksin anti kuman Streptococcus pneumoniae disebut Pneumococcal 7 valent conjugated vaccine (PCV7), yang memberikan solusi dalam pencegahan penyakit akibat kuman pneumokokus. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk zat anti (antibodi) yang berfungsi mengenali dan sekaligus membunuh kuman pneumokokus.

Pada studi klinis, reaksi umum dari imunisasi IPD yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan (>38 derajat Celcius), rewel, mengantuk (drowsiness), tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu makan, muntah, diare dan kemerahan (rash) pada kulit. Reaksi ini umum ditimbulkan oleh semua jenis vaksin. Dokter sangat menganjurkan agar setelah melakukan imunisasi (apapun), Anda tidak langsung pulang dan menunggu 15 menit untuk mengetahui apakah ada reaksi vaksin.

Berapa kali imunisasi dIberikan?

Jadwal pemberian vaksin IPD dilakukan 4 kali: Pada usia 2, 4, 6 bulan dan antara usia 12-15 bulan dengan kondisi yang telah dikonsultasikan dengan dokter anak. Jika Anda terlambat melakukan imunisasi, Anda tak perlu mengulangnya dari awal dan bisa langsung melanjutkannya. Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

imunisasi tanpa pengawet?
Q. apa betul ada imunisasi yg tdk mengandung pengawet merkuri? bagi yg tahu, apa contohnya dan seberapa mahal harganya? karna saya baca merkuri itu menjadi salah satu penyebab autisme. saya jadi takut mau kasih imunisasi..
yg saya tanyakan: apa memang benar ada imunisasi yg tidak mengandung pengawet(merkuri). kalo memang ada dimana dan apa jenis imunisasinya, dan seberapa mahal harganya? (karna yg saya baca harganya lebih mahal jadi saya ingin tahu seberapa mahalnya, bagi yg tahu dan pernah mencoba) . dan menurut saya harga nomer 2. yg penting anak sehat dan benar2 gak ada pengawetnya.
yg saya tanyakan: apa memang benar ada imunisasi yg tidak mengandung pengawet(merkuri). kalo memang ada dimana dan apa jenis imunisasinya, dan seberapa mahal harganya? (karna yg saya baca harganya lebih mahal jadi saya ingin tahu seberapa mahalnya, bagi yg tahu dan pernah mencoba) . dan menurut saya harga nomer 2. yg penting anak sehat dan benar2 gak ada pengawetnya.

A. Imunisasi/Vaksinasi tetap harus dilakukan atau di bawa ke dokter spesial anak, karena seperti yang kita ketahui Imunisasi/Vaksinasi baru boleh diberikan pada saat anak kita dalam kondisi kesehatan yang baik/prima.
Nah terkadang kondisi anak kita, secara visual atau fisik memang terlihat sehat namun khan kita tidak tahu benar apa benar2 sehat.
Nah kalau DSA ku biasanya sebelum mengimunisasi, akan memastikan kesehatan anak kita dengan pemeriksaan fisik secara lebih akura, semisal : Suhu tubuh, Kelopak Mata, tenggorokan merah atau tidak, lidah, dan juga menggunakan stetoscop. Nah ini yang tidak bisa kita lakukan karena kita oang awam, bukan seorang dokter.
Sangat beresiko bila membiarkan hanya seorang perawat, atau suster yang menyuntik, apalagi untuk beberapa Imunisasi/Vaksinasi, diberikannya melalui jaringan dibawah kulit, kalau ngak salah Vaksin Tuberkolosis (TBC) yang diberikan di bawah jaringan kulit, makanya setelah beberapa bulan di suntik, maka akan timbul semacam bisul yang akan pecah dengan sendirinya, dan juga sepertinya akan lebih safety bila dilakukan oleh seorang dokter, bahkan beberapa kasus saja disuntik oleh dokter terkadang masih ada yang mengakibatkan kefatalan atau masalah, bagaimana kalau disuntik oleh suster.

Mengenai harga vaksin memang tidak bisa disamakan antara satu rumah sakit dengan yang lainnya apalagi bila dibandingkan dengan puskesmas, posyandu atau klinik lainnya, nah itu tergantung saja yang penting eksekutor imunisasi menurut saya harus seorang dokter special anak, mungkin pengecualian untuk imunisasi Polio karena pakai sistem oral atau diteteskan di mulut saja.

Harga Vaksin yang membedakan biasanya adalah buatannya, kalau buatan pabrik bandung tentunya lebih murah dibadingkan misalnya buatan pabrik dari Luar negri. karena seperti kita ketahui Vaksin HIB misalnya, ada yang bisa membuat panas, ada yang tanpa panas, begitu juga ada yang masih mengandung zat pengawet Thimerosal (Yang masih kontroversi sebagai penyebab Autis) dan ada juga yang bebas Thimerosal, dan tentunya harga nya pasti berbeda.
Kalau saya sebisa mungkin akan memberikan yang terbaik bagi anak kami, dan selalu saya berusaha memilih yang tanpa panas dan tanpa zat pengawet Thimerosal, apalagi untuk imunisasi wajib, sedangkan untuk imunisasi tambahan yang kalau perlu dipikir pikir dulu deh dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.

Bahkan kalau kita di cover asuransi kesehatan, boleh kita akalin dengan cara memisahkan antara biaya dokter dengan biaya Vaksin, dan biaya dokternya kita klaim ke Asuransi, dengan meminta bantuan dan kerjasama DSA kita tentunya dan beberapa dokter juga ngak masalah koq dgn hal ini, khan tidak merugikan dia, misalnya hanya ditulis gejala pilek, karena khan gejala pilek khan tidak perlu diberi obat khusus bisa dikasih tempra saja cukup koq bahkan kaau perlu tidak usah di kasih obat.

Seperti kata iklan, Buat Anak Koq Coba Coba, kalau menurut saya bagi anak apapun dan berapapun akan kita korbankan bahkan nyawa kita sekalipun kalau perlu kita korbankan, apalagi kalau hanya bicara uang dan kebetulan kita mampu kenapa tidak dan kenapa kita perlu hitung hitungan, lagi pula Vaksinasi tidak perlu uang sampai milyaran namun ingat pengaruhnya untuk seumur hidup anak kita.
Sekali lagi, mungkin kita perlu bijaksana dalam bertindak dan bersikap, kalau membandingkan harga rumah sakit boleh boleh saja, tetapi kalau mengabaikan keselamatan dan kesehatan anak kita sebaiknya jangan pernah kita lakukan.
Coba pikirkan kalau anak kita terkena penyakit yang tidak kita beri imunisasi berapa banyak lagi uang yang harus kita keluarkan ? Rugi Mana ?
atau anak kita ada apa2 karena imunisasi/vaksinasi oleh perawat/suster/bidan ? apa kita ngak keluar uanglebih banyak ?




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment