Thursday, December 13, 2012

boleh nggak susu yang mengandung unsur FOS dan GOS untuk umur 1-3 thn dikonsumsi bayi umur 4 thn?

Q.

A. SETIAPorangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Termasuk
kesehatan prima di masa tumbuh kembang.

Setiap gangguan kesehatan pada pencernaan dapat membuat anak rentan
infeksi dan peradangan yang bisa berakibat serius. Apa yang dapat
dilakukan orangtua agar anak memiliki saluran pencernaan sehat untuk
tumbuh kembang optimal?

Dokter anak dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Cipto
Mangunkusumo dr Badriul Hegar SpA(K) mengatakan,salah satu zat gizi yang
diperlukan anak agar memiliki saluran cerna yang baik ialah prebiotik.

Prebiotik adalah makanan yang tidak atau sedikit dicerna, kemudian bila
dimakan harus memperbaiki kesehatan kita dengan efek menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik di dalam usus.Seperti di jelaskan
spesialis anak yang biasa disapa dr Hegar, pada Peluncuran produk SGM
terbaru dengan kandungan FOS dan GOS di Jakarta, baru-baru ini.

Dokter Hegar memaparkan, jika zat gizi tersebut hanya berupa karbohidrat
yang tidak dicerna, tapi tidak menstimulasi pertumbuhan bakteri
baik,maka tidak bisa disebut prebiotik. Jika bakteri atau mikroflora
yang jahat berada di dalam saluran pencernaan sehingga dapat mengganggu
dengan memengaruhi suasana asam di dalam saluran cerna. Selain itu,
bakteri atau mikroflora yang jahat juga dapat memengaruhi keberadaan
bakteri baik di dalam usus atau mendominasi keberadaannya di dalam usus.

"Ini semua dianggap bisa memengaruhi mikroflora di dalam usus yang
mengganggu saluran cerna," tegasnya. Oleh karena itu, prebiotik
dibutuhkan saluran cerna sejak awal kehidupan, yaitu ketika bayi baru
lahir. Umumnya saat bayi lahir, keadaan usus steril. Namun, setelah
beberapa saat akan terlihat perubahan. Kondisi usus bayi menyerupai usus
orang dewasa yang dipenuhi berbagai macam bakteri patogen yang merugikan
kesehatan.

"Bagi bayi, sumber karbohidrat yang memiliki fungsi prebiotik terbaik
adalah air susu ibu (ASI). Di dalam ASI terkandung oligosakarida yang
dapat membuat komposisi mikroflora atau bakteri di dalam saluran cerna
didominasi bakteri baik seperti bifidobacteria dan lactobacillus," kata
dr Hegar.

Di dalam saluran cerna, oligosakarida dari ASI akan difermentasi oleh
bakteri untuk menghasilkan energi dan meningkatkan penyerapan air di
usus besar. Selain itu, hasil fermentasi tersebut juga menghasilkan
berbagai asam lemak tertentu sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri patogen yang merugikan.

Namun, tidak semua bayi beruntung dapat memperoleh ASI.Beberapa kasus
yang tidak memungkinkan ibu memberi ASI seperti ibu yang sakit dan harus
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Salah satu alternatif adalah melalui
pemberian susu formula yang telah dilengkapi dengan kandungan
Fruktooligosakarida (FOS) dan Galakto- oligosakarida (GOS). FOS dan GOS
disebut juga prebiotik yang secara selektif merangsang pertumbuhan
bakteri baik di dalam saluran cerna.

Menurut ahli pangan dan gizi Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir Deddy
Muchtadi MS, yang dimaksud dengan FOS dan GOS adalah karbohidrat
kompleks atau molekul gula rantai pendek tidak dapat dicerna seluruhnya
oleh sistem pencernaan manusia. Bagian yang tidak dicerna ini melewati
intestine dan menjalani proses fermentasi dalam usus besar.

"Bagian inilah yang berfungsi sebagai makanan dan sumber energi bagi
bifidobacteria dan lactobalcillus sebagai bakteri baik untuk berkembang
biak, yang bermanfaat bagi kesehatan saluran cerna. FOS dan GOS juga
berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri patogen atau bakteri jahat yang
merugikan,"papar Prof Deddy.

Asam Lemak untuk Perkembangan Otak

TAK hanya kesehatan pencernaan, perkembangan kecerdasan anak juga tak
kalah penting. Keduanya memegang fungsi vital bagi proses tumbuh kembang
bayi yang optimal. Tahun pertama kehidupan adalah masa yang paling
menentukan bagi kecerdasan seseorang.

Pada periode ini otak dan sistem saraf tumbuh paling cepat dan ukuran
otak telah berkembang menjadi tiga kali lipat pada saat bayi genap
berusia satu tahun. Khusus untuk menunjang perkembangan sistem saraf
pada otak, bayi dan anak-anak membutuhkan zat gizi DHA dan LA. DHA
(docosahexaenoic acid) dan LA (linoleic acid) merupakan prekusor dari AA
(arahidonic acid).

Keduanya dibutuhkan sebagai jenis lemak asam lemak tak jenuh ganda
rantai panjang yang berfungsi sebagai komponen utama pembentukan membran
sel otak. Ahli ilmu pangan dan gizi Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir
Deddy Muchtadi MS menjelaskan, pertambahan sel neuron pada otak
terbentuk sejak manusia masih berada dalam kandungan hingga usia tiga
tahun. Sel neuron dalam otak berfungsi untuk menyimpan memori.

"Kalau bayi kekurangan zat gizi DHA dan AA, maka sel neuron yang
terbentuk juga sedikit sehingga kemampuan menyimpan data juga terbatas,"
kata Prof Deddy. Komponen utama dari membran sel neuron adalah lemak.
Itulah sebabnya bayi perlu diberi asupan lemak dalam jumlah memadai agar
perkembangan otaknya maksimal.

Namun, tidak semua jenis lemak memiliki manfaat ini. Yang terbaik adalah
asam lemak tak jenuh rantai panjang bentuk DHA. "DHA dan LA yang dipakai
sebagai bahan untuk proses elongasi AA di otak dapat meningkatkan jumlah
sel neuron sehingga meningkatkan kemampuan belajar. Anak juga akan lebih
banyak menyimpan apa yang diajarkan kepada mereka," katanya. Tentunya,
ASI tetaplah sumber DHA terbaik.

Namun, jika bayi tidak dapat memperoleh ASI karena keadaan tertentu,
maka bayi membutuhkan tambahan asupan DHA dari sumber lainnya. Yang
dapat dipenuhi dengan pemberian susu formula yang mengandung DHA.
"Sebaiknya pemenuhan DHA harus dilakukan sejak ibu hamil. Susu untuk ibu
khusus sebaiknya mengandung DHA juga.

Dari makanan sehari-hari, DHA bisa diperoleh dari ikan laut yang tidak
melalui proses digoreng karena akan menghancurkan kandungan DHA. Adapun,
untuk AA bisa diperoleh dari LA yang sebagian besar ada pada
kacang-kacangan," papar Prof Deddy. Bagi ibu hamil, asupan makanan yang
bergizi memang amat diperlukan.

Selain untuk memasok kebutuhan sang ibu, kandungan makanan sehat dan
bergizi amat dibutuhkan bagi janin yang sedang bertumbuh di dalam rahim.
Begitu juga saat menyusui, kandungan gizi yang seimbang juga akan
dibutuhkan untuk memasok gizi pada si buah hati melalui ASI yang
diberikan

Membantu Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

PARA orangtua perlu memastikan kecukupan asupan nutrisi terbaik untuk
memperkuat sistem ketahanan tubuh anak. Pola diet masa awal kehidupan,
tak hanya berfungsi sebagai penunjang perkembangan bayi.

Manfaatnya bisa diperoleh hingga masa dewasa nanti sebagai fondasi bagi
kondisi kesehatan. Menurut konsultan gastroenterologi anak dr Badriul
Hegar SpA(K), saluran cerna merupakan organ tubuh penting dalam sistem
pertahanan tubuh. Sekitar 20%-40% jaringan pada saluran cerna terutama
usus adalah jaringan limfoid, yaitu jaringan yang berperan pada sistem
imunitas tubuh. Kemudian 80% sel yang ada di usus halus menghasilkan
antibodi.

"Jaringan limfoid yang terbesar dalam tubuh manusia ialah jaringan yang
ada dalam usus.Karena itu wajar kalau saluran cerna sangat berperan
selain pada sistem pertahanan saluran cerna, juga pada sistem pertahanan
tubuh secara keseluruhan," kata dr Hegar. Jika fungsi pencernaan
terganggu, maka kemampuan untuk menyerap nutrisi menurun dan daya tahan
tubuh pun merosot. Selain itu, timbul rasa kembung pada perut karena
bakteri jahat meningkatkan produksi gas dalam saluran cerna.

Ditambah masalahmasalah lainnya seperti diare, gastritis, dan
konstipasi. "Terganggunya pencernaan juga membuat bayi rentan mengalami
infeksi dan peradangan yang berakibat serius," tandas dr Hegar. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Guenther Boehm dan tim Numico
Research Germany, Friedrichsdorf, Jerman menemukan prebiotik
oligosakarida dapat bermanfaat bagi perkembangan sistem imun bayi dengan
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam perut.

Dari uji sampel feses, 98 bayi yang diberi susu formula dengan kandungan
prebiotik sampai usia 6 bulan,tampak bahwa jumlah bakteri baik, terutama
bifidobakteria pada feses bayi, lebih tinggi dibandingkan kelompok bayi
yang diberi susu formula biasa. Studi ini dimuat dalam jurnal Archives
of Diseas in childhood,Juli 2006.

Terbukti, pemberian susu formula yang dilengkapi FOS dan GOS dapat
membuat si kecil lebih terlindung dari masalah-masalah yang bisa
mengganggu proses pertumbuhannya. Selain itu, studi tersebut juga
menemukan bahwa bayi yang berisiko tinggi mengalami alergi karena
riwayat keluarga dapat lebih terlindung dari eksim maupun dermatitis
jika diberi susu formula dengan kandungan prebiotik oligosakarida.

Penurunan risiko alergi kulit ini karena sistem kekebalan tubuh
meningkat berkat prebiotik. Sejalan dengan misi membangun kesehatan dan
kecerdasan anak Indonesia, PT Sari Husada memperkenalkan kemasan dan
kandungan baru dari produk susu SGM yang diperkaya dengan FOS dan GOS.

"Dalam memenuhi kebutuhan para konsumen dan meningkatkan rasa memiliki,
SGM kini tampil dengan warnawarna yang menarik dan tampak lebih
modern,segar dan profesional.Kemudian, tambahan kandungan seperti DHA,
LA, serta FOS dan GOS dalam formula SGM baru bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk perkembangan kecerdasan dan kesehatan pencernaan
bayi dan anak," kata Jenny.

Melalui penelitian dan pengolahan dengan teknologi modern, kini selain
kandungan FOS dan GOS, SGM juga berhasil mengembangkan kandungan DHA dan
LA yang secara alami terdapat dalam ASI. Tujuannya, untuk melengkapi
formulanya yang ditujukan untuk perkembangan sehat dan cerdas anak-anak
Indonesia.

"Kami berusaha semaksimal mungkin memudahkan seluruh lapisan masyarakat
memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap untuk perkembangan sehat dan cerdas
putra-

help me please.... T_T?
Q. ada yang tau tidak... mengenai penyakit pnuemonia pada balita... dari gejala dan sejenis penyakitnya
kalau bisa saya minta linknya atau berbentuk file pdf,word, dll...
intnya ada refrensi tambahannyaa...
mksh sebelumnya :D

A. Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar balita dan menjadi masalah kesehatan di negara berkembang , termasuk Indonesia. Vaksinasi merupakan upaya terpenting untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat penyakit ini .
Perkembangan kesehatan respirasi anak di negeri ini tak luput dari perhatian Prof.Dr. Mardjanis Said SpA(K). Lebih dari 30 tahun, ia menekuni bidang kesehatan anak khususnya respirologi. Selama itu pula penyakit infeksi pernapasan terutama pneumonia menjadi masalah kesehatan anak dan penyebab kematian balita terbesar di Indonesia.
Pneumonia merupakan 'predator ' balita nomor satu di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia diseluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 â 2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Persentase ini terbesar bahkan bila dibandingkan dengan diare (17 persen) dan malaria (8 persen).

Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 persen. "Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga menjadi persoalan negera berkembang yang kondisi lingkungannya buruk dan malnutrisi" kata Prof. dr. Mardjanis Said SpA,, pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Aula FKUI, 29 April lalu.Pada bayi usia kurang dari dua bulan, terutama pada masa neonatus, pneumonia sukar dibedakan dengan sepsis dan meningitis. Sebab etiologi bakterilogiknya berbeda dengan pneumonia anak usia di atas dua bulan. Di negara maju penyebab terbanyak adalah Sterptococcus grup B sedangkan di negara berkembang dilaporkan sering disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsilla sp, dan Coli sp.
Gambaran klinis, diagnosis dan prognosis pneumonia pada bayi dan balita dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antara lain faktor imaturitas anatomis dan imunologis, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, keterbatasan penggunaan prosedur diagnosis invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering dan faktor patogenesis. Gambaran klinis pneumonia diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Pertama, gejala infeksi umum seperti demam , sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan berkurang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare. Kedua, gejala gangguan respiratorik seperti batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnu, napas cuping hidung, air hunger dan sianosis.

Pemberian antibiotik merupakan salah satu kunci terapi pneumonia. Pasien pneumonia rawat jalan, diberi antibiotik seperti kortrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Sebagai perbandingan, sebuah penelitian multisenter di Pakistan yang membuktikan bahwa pada pneumonia rawat jalan, amoksisilin (25 mg/kg/BB) dan kotrimoksazol (4 mg/kg BB TMP- 20 mg/kg BB sulfametaksazol) 2 kali sehari adalah sama-sama efektif.
Sementara pada pneumonia rawat inap diberikan antibiotik beta-laktam intravena atau kombinasi antibiotik beta-laktam dan kloramfenikol intravena . Di Departemen IKA FKUI/RSCM pneumonia berat yang diberikan kombinasi amoksisilin dan kloramfenikol intravena, sejauh ini efektifitasnya cukup memuaskan. Sebagai referensi, suatu penelitian terapi antibiotik pada anak usia 2- 24 bulan dengan pneumonia berat antara penisilin G intravena (25 000 U/kg BB setiap empat jam plus kloramfenikol (15 mg/kg BB setiap 6 jam) dibandingkan dengan seftriakson intravena (50 mg/kg BB setiap 6 jam) yang diberikan selama 10 hari, efektifitasnya ternyata sama. Walaupun prevalensi pneumokokus resistensi penisilin makin berkembang namun studi bakteriologi klugman masih memberi harapan. Dilaporkan bahwa antibiotik beta-laktam dosis tinggi masih mampu mengatasi aktivitas bakteri gram positif resisten-penisilin. Oleh karena itu antibiotik beta-laktam masih merupakan antibiotik pilihan untuk pengobatan pneumonia
Cegah dengan Imunisasi
Ruang Yahoo answer tidak cukup, tidak bisa dilanjutkan. Baca dari sumber tsb di bawah ini

adakah yang tau tentang imunisasi pneumokokus(IPD) pada bayi?tolong infomasinya ya.trima kasih.?
Q.

A. IPD (Invasive Pneumoccocal Disease), merupakan sekelompok penyakit ganas yang disebabkan kuman Streptococcus pneumoniae (pneumokokus). âDari 90 tipe kuman pneumokokus, ada 10 tipe yang ganas dan menyerang anak-anak,â kata Dr. Alan Roland Tumbelaka, Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara media edukasi bertema Cegah Penyakit Pneumokokus, Pembunuh Utama Bayi dan Balita yang diadakan bulan Februari 2007 lalu.

Penyakit apa saja yang disebabkannya?

Kuman pneumokokus menyerang organ-organ vital di dalam tubuh, seperti:

*

Dalam otak, sehingga menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
*

Paru-paru, sehingga menyebabkan radang paru (pneumonia).
*

Aliran darah, sehingga menyebabkan infeksi darah (sepsis) dan kegagalan seluruh organ tubuh.
*

Telinga bagian tengah sehingga menyebabkan radang telinga bagian tengah (otitis media akut).

Apa Bedanya Dengan HiB?

Mengingat HiB juga menyebabkan meningitis dan pneumonia, lalu apa beda IPD dan HiB? âYang beda adalah kumannya,â kata Dr. Alan. âHib disebabkan oleh kuman Haemophilus Influensa B - yang mana tidak ada hubungannya sama sekali dengan flu - sementara IPD disebabkan oleh kuman pneumokokus. Jadi meski si kecil Anda sudah mendapatkan imunisasi Hib, risiko terkena meningitis dan radang paru masih bisa terjadi bila ia belum mendapatkan vaksin IPD. Meningitis yang disebabkan pneumokokus, lebih âjahatâ daripada yang disebabkan oleh Hib.â

Apa Gejalanya?

*

Meningitis pada bayi, gejalanya: Demam, rewel/gelisah, susah makan, terus-menerus menangis, lemah, intensitas interaksi berkurang. Pada balita, gejalanya: Demam, kejang tengkuk, sakit kepala, mual, bingung/disorientasi.

*

Pneumonia, tidak terlihat tandanya pada bayi. Pada balita, mungkin tidak tampak gejala gangguan pada pernapasan. Dalam banyak kasus, hanya muncul dalam bentuk demam atau napas yang cepat. Gejala dapat termasuk batuk, lelah/tidak enak badan, demam, sakit di dada, menggigil, sesak napas, sakit di perut dengan atau tanpa muntah.

*

Sepsis, bisa diketahui jika kulit anak Anda terasa dingin, lembap, nadi berdetak lemah, kecepatan denyut jantung tidak normal, pernapasan sangat cepat, hipotensi, oliguria, perubahan status mental.

*

Bacteremia, gejalanya sangat bervariasi, termasuk: Menggigil, panas, rewel, kemerahan pada kulit dan bintik merah, kulit terasa panas atau seperti terbakar.

Bagaimana cara kuman ini menyebar?

Kuman ini dapat berpindah secara mudah melalui udara dan percikan ludah, terutama di kondisi keramaian seperti hunian yang padat dan tempat penitipan anak (TPA) atau playgroup. Saat pergantian cuaca dan musim hujan kuman ini juga menyebar dengan cepat. Kuman yang sudah masuk ke dalam darah akan membuat kondisi semakin berbahaya.

Apakah imunisasi IPD aman bagi bayi dan anak-anak?

Vaksin anti kuman Streptococcus pneumoniae disebut Pneumococcal 7 valent conjugated vaccine (PCV7), yang memberikan solusi dalam pencegahan penyakit akibat kuman pneumokokus. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk zat anti (antibodi) yang berfungsi mengenali dan sekaligus membunuh kuman pneumokokus.

Pada studi klinis, reaksi umum dari imunisasi IPD yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan (>38 derajat Celcius), rewel, mengantuk (drowsiness), tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu makan, muntah, diare dan kemerahan (rash) pada kulit. Reaksi ini umum ditimbulkan oleh semua jenis vaksin. Dokter sangat menganjurkan agar setelah melakukan imunisasi (apapun), Anda tidak langsung pulang dan menunggu 15 menit untuk mengetahui apakah ada reaksi vaksin.

Berapa kali imunisasi dIberikan?

Jadwal pemberian vaksin IPD dilakukan 4 kali: Pada usia 2, 4, 6 bulan dan antara usia 12-15 bulan dengan kondisi yang telah dikonsultasikan dengan dokter anak. Jika Anda terlambat melakukan imunisasi, Anda tak perlu mengulangnya dari awal dan bisa langsung melanjutkannya. Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment