Sunday, February 10, 2013

adakah yang tau tentang imunisasi pneumokokus(IPD) pada bayi?tolong infomasinya ya.trima kasih.?

Q.

A. IPD (Invasive Pneumoccocal Disease), merupakan sekelompok penyakit ganas yang disebabkan kuman Streptococcus pneumoniae (pneumokokus). âDari 90 tipe kuman pneumokokus, ada 10 tipe yang ganas dan menyerang anak-anak,â kata Dr. Alan Roland Tumbelaka, Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara media edukasi bertema Cegah Penyakit Pneumokokus, Pembunuh Utama Bayi dan Balita yang diadakan bulan Februari 2007 lalu.

Penyakit apa saja yang disebabkannya?

Kuman pneumokokus menyerang organ-organ vital di dalam tubuh, seperti:

*

Dalam otak, sehingga menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
*

Paru-paru, sehingga menyebabkan radang paru (pneumonia).
*

Aliran darah, sehingga menyebabkan infeksi darah (sepsis) dan kegagalan seluruh organ tubuh.
*

Telinga bagian tengah sehingga menyebabkan radang telinga bagian tengah (otitis media akut).

Apa Bedanya Dengan HiB?

Mengingat HiB juga menyebabkan meningitis dan pneumonia, lalu apa beda IPD dan HiB? âYang beda adalah kumannya,â kata Dr. Alan. âHib disebabkan oleh kuman Haemophilus Influensa B - yang mana tidak ada hubungannya sama sekali dengan flu - sementara IPD disebabkan oleh kuman pneumokokus. Jadi meski si kecil Anda sudah mendapatkan imunisasi Hib, risiko terkena meningitis dan radang paru masih bisa terjadi bila ia belum mendapatkan vaksin IPD. Meningitis yang disebabkan pneumokokus, lebih âjahatâ daripada yang disebabkan oleh Hib.â

Apa Gejalanya?

*

Meningitis pada bayi, gejalanya: Demam, rewel/gelisah, susah makan, terus-menerus menangis, lemah, intensitas interaksi berkurang. Pada balita, gejalanya: Demam, kejang tengkuk, sakit kepala, mual, bingung/disorientasi.

*

Pneumonia, tidak terlihat tandanya pada bayi. Pada balita, mungkin tidak tampak gejala gangguan pada pernapasan. Dalam banyak kasus, hanya muncul dalam bentuk demam atau napas yang cepat. Gejala dapat termasuk batuk, lelah/tidak enak badan, demam, sakit di dada, menggigil, sesak napas, sakit di perut dengan atau tanpa muntah.

*

Sepsis, bisa diketahui jika kulit anak Anda terasa dingin, lembap, nadi berdetak lemah, kecepatan denyut jantung tidak normal, pernapasan sangat cepat, hipotensi, oliguria, perubahan status mental.

*

Bacteremia, gejalanya sangat bervariasi, termasuk: Menggigil, panas, rewel, kemerahan pada kulit dan bintik merah, kulit terasa panas atau seperti terbakar.

Bagaimana cara kuman ini menyebar?

Kuman ini dapat berpindah secara mudah melalui udara dan percikan ludah, terutama di kondisi keramaian seperti hunian yang padat dan tempat penitipan anak (TPA) atau playgroup. Saat pergantian cuaca dan musim hujan kuman ini juga menyebar dengan cepat. Kuman yang sudah masuk ke dalam darah akan membuat kondisi semakin berbahaya.

Apakah imunisasi IPD aman bagi bayi dan anak-anak?

Vaksin anti kuman Streptococcus pneumoniae disebut Pneumococcal 7 valent conjugated vaccine (PCV7), yang memberikan solusi dalam pencegahan penyakit akibat kuman pneumokokus. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk zat anti (antibodi) yang berfungsi mengenali dan sekaligus membunuh kuman pneumokokus.

Pada studi klinis, reaksi umum dari imunisasi IPD yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan (>38 derajat Celcius), rewel, mengantuk (drowsiness), tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu makan, muntah, diare dan kemerahan (rash) pada kulit. Reaksi ini umum ditimbulkan oleh semua jenis vaksin. Dokter sangat menganjurkan agar setelah melakukan imunisasi (apapun), Anda tidak langsung pulang dan menunggu 15 menit untuk mengetahui apakah ada reaksi vaksin.

Berapa kali imunisasi dIberikan?

Jadwal pemberian vaksin IPD dilakukan 4 kali: Pada usia 2, 4, 6 bulan dan antara usia 12-15 bulan dengan kondisi yang telah dikonsultasikan dengan dokter anak. Jika Anda terlambat melakukan imunisasi, Anda tak perlu mengulangnya dari awal dan bisa langsung melanjutkannya. Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

imunisasi tanpa pengawet?
Q. apa betul ada imunisasi yg tdk mengandung pengawet merkuri? bagi yg tahu, apa contohnya dan seberapa mahal harganya? karna saya baca merkuri itu menjadi salah satu penyebab autisme. saya jadi takut mau kasih imunisasi..
yg saya tanyakan: apa memang benar ada imunisasi yg tidak mengandung pengawet(merkuri). kalo memang ada dimana dan apa jenis imunisasinya, dan seberapa mahal harganya? (karna yg saya baca harganya lebih mahal jadi saya ingin tahu seberapa mahalnya, bagi yg tahu dan pernah mencoba) . dan menurut saya harga nomer 2. yg penting anak sehat dan benar2 gak ada pengawetnya.
yg saya tanyakan: apa memang benar ada imunisasi yg tidak mengandung pengawet(merkuri). kalo memang ada dimana dan apa jenis imunisasinya, dan seberapa mahal harganya? (karna yg saya baca harganya lebih mahal jadi saya ingin tahu seberapa mahalnya, bagi yg tahu dan pernah mencoba) . dan menurut saya harga nomer 2. yg penting anak sehat dan benar2 gak ada pengawetnya.

A. Imunisasi/Vaksinasi tetap harus dilakukan atau di bawa ke dokter spesial anak, karena seperti yang kita ketahui Imunisasi/Vaksinasi baru boleh diberikan pada saat anak kita dalam kondisi kesehatan yang baik/prima.
Nah terkadang kondisi anak kita, secara visual atau fisik memang terlihat sehat namun khan kita tidak tahu benar apa benar2 sehat.
Nah kalau DSA ku biasanya sebelum mengimunisasi, akan memastikan kesehatan anak kita dengan pemeriksaan fisik secara lebih akura, semisal : Suhu tubuh, Kelopak Mata, tenggorokan merah atau tidak, lidah, dan juga menggunakan stetoscop. Nah ini yang tidak bisa kita lakukan karena kita oang awam, bukan seorang dokter.
Sangat beresiko bila membiarkan hanya seorang perawat, atau suster yang menyuntik, apalagi untuk beberapa Imunisasi/Vaksinasi, diberikannya melalui jaringan dibawah kulit, kalau ngak salah Vaksin Tuberkolosis (TBC) yang diberikan di bawah jaringan kulit, makanya setelah beberapa bulan di suntik, maka akan timbul semacam bisul yang akan pecah dengan sendirinya, dan juga sepertinya akan lebih safety bila dilakukan oleh seorang dokter, bahkan beberapa kasus saja disuntik oleh dokter terkadang masih ada yang mengakibatkan kefatalan atau masalah, bagaimana kalau disuntik oleh suster.

Mengenai harga vaksin memang tidak bisa disamakan antara satu rumah sakit dengan yang lainnya apalagi bila dibandingkan dengan puskesmas, posyandu atau klinik lainnya, nah itu tergantung saja yang penting eksekutor imunisasi menurut saya harus seorang dokter special anak, mungkin pengecualian untuk imunisasi Polio karena pakai sistem oral atau diteteskan di mulut saja.

Harga Vaksin yang membedakan biasanya adalah buatannya, kalau buatan pabrik bandung tentunya lebih murah dibadingkan misalnya buatan pabrik dari Luar negri. karena seperti kita ketahui Vaksin HIB misalnya, ada yang bisa membuat panas, ada yang tanpa panas, begitu juga ada yang masih mengandung zat pengawet Thimerosal (Yang masih kontroversi sebagai penyebab Autis) dan ada juga yang bebas Thimerosal, dan tentunya harga nya pasti berbeda.
Kalau saya sebisa mungkin akan memberikan yang terbaik bagi anak kami, dan selalu saya berusaha memilih yang tanpa panas dan tanpa zat pengawet Thimerosal, apalagi untuk imunisasi wajib, sedangkan untuk imunisasi tambahan yang kalau perlu dipikir pikir dulu deh dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.

Bahkan kalau kita di cover asuransi kesehatan, boleh kita akalin dengan cara memisahkan antara biaya dokter dengan biaya Vaksin, dan biaya dokternya kita klaim ke Asuransi, dengan meminta bantuan dan kerjasama DSA kita tentunya dan beberapa dokter juga ngak masalah koq dgn hal ini, khan tidak merugikan dia, misalnya hanya ditulis gejala pilek, karena khan gejala pilek khan tidak perlu diberi obat khusus bisa dikasih tempra saja cukup koq bahkan kaau perlu tidak usah di kasih obat.

Seperti kata iklan, Buat Anak Koq Coba Coba, kalau menurut saya bagi anak apapun dan berapapun akan kita korbankan bahkan nyawa kita sekalipun kalau perlu kita korbankan, apalagi kalau hanya bicara uang dan kebetulan kita mampu kenapa tidak dan kenapa kita perlu hitung hitungan, lagi pula Vaksinasi tidak perlu uang sampai milyaran namun ingat pengaruhnya untuk seumur hidup anak kita.
Sekali lagi, mungkin kita perlu bijaksana dalam bertindak dan bersikap, kalau membandingkan harga rumah sakit boleh boleh saja, tetapi kalau mengabaikan keselamatan dan kesehatan anak kita sebaiknya jangan pernah kita lakukan.
Coba pikirkan kalau anak kita terkena penyakit yang tidak kita beri imunisasi berapa banyak lagi uang yang harus kita keluarkan ? Rugi Mana ?
atau anak kita ada apa2 karena imunisasi/vaksinasi oleh perawat/suster/bidan ? apa kita ngak keluar uanglebih banyak ?

apakah orang penderita leukemia dapat melakukan seks? apakah dapat menular?"?
Q.

A. Leukemia atau kanker darah bukan lagi penyakit yang mengerikan. Penyakit yang beberapa tahun lalu bisa dikatakan vonis mati itu, kini bisa diobati, sehingga penderita sembuh total. Semakin dini kanker ditemukan kemungkinan sembuh makin besar. Hal itu mengemuka dalam seminarâKanker pada Anakâ yang diselenggarakan Yayasan Kanker Indonesia, Selasa (18/9) di Jakarta.

Menurut dr Djajadiman Gatot SpA(K) dari Sub Bagian Hematologi-Onkologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 persen). Disusul tumor otak (10-15 persen) dan kanker mata/retinoblastoma (10-12 persen). Sisanya, kanker jenis lain seperti kanker kelenjar getah bening, kanker saraf, dan kanker ginjal.

Gaya hidup dan paparan bahan karsinogenik bisa diabaikan sebagai penyebab kanker pada anak. Diduga kuat, kanker disebabkan kelainan genetik ditambah masuknya virus tertentu. Defisiensi atau kekurangan faktor imunitas serta paparan zat radioaktif dapat meningkatkan kejadian kanker.

âSetelah jatuhnya bom atom, terjadi peningkatan kasus leukemia pada anak di Jepang, karena ibunya terkena radiasi,â ujar Djajadiman.

Orangtua perlu mewaspadai jika anak sering tampak lesu dan lelah disertai pucat, demam yang tak jelas penyebabnya, perdarahan abnormalâseperti mimisan, bercak-bercak biru di kulit, serta rewel karena merasa nyeri pada tulang dan perut teraba keras atau membengkak. Kadang-kadang ditemukan benjolan pada kulit, pembengkakaan gusi, kelumpuhan otot wajah atau tungkai tanpa sebab yang jelas.

Dokter Maria Abdulsalam SpA (K) yang juga dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menambahkan, darah manusia terdiri dari cairan darah (plasma) dan sel darah yang beredar dalam pembuluh darah.

Secara garis besar sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sel daah putih berfungsi memberantas infeksi, sedang keping darah diperlukan untuk menghentikan perdarahan jika terjadi luka.

Di sel darah putih

Leukemia bisa tejadi di salah satu sel darah itu. Yang terbanyak di sel darah putih. Sel darah putih yang mengalami keganasan akan memperbanyak diri secara tak terkendali. Namun, sel yang terbentuk tidak normal dan tidak berfungsi. Sel-sel itu mendesak pertumbuhan sel darah putih yang normal maupun sel darah merah dan keping darah.

âMenurunnya sel darah putih menyebabkan anak mudah terkena infeksi, rendahnya sel darah merah menyebabkan anak pucat dan lemah, berkurangnya keping darah membuat anak mudah mengalami perdarahan yang sulit berhenti. Selain di permukaan tubuh, perdarahan bisa terjadi di saluan cerna, otak, maupun organ tubuh lain, dan menyebabkan kematian. Sel ganas bisa menyebar ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak, tulang,â papar Maria.

Penyembuhan

Terapi kanker, kata Djajadiman lagi, kini makin berkembang dengan ditemukan berbagai sitostatika (obat antikanker) yang ampuh memberantas sel kanker. Tujuan pengobatan, kini tidak hanya untuk memperpanjang usia, tetapi mengupayakan penyembuhan. Menurut dia, kemungkinan sembuh pada leukemia adalah 70-100 persen tergantung stadiumnya, sama dengan kemungkinan sembuh untuk kanker Wilms (kanker ginjal pada anak). Makin dini diobati, makin besar kemungkinan sembuh total.

Pada leukemia, pengobatan dilakukan dengan kemoterapi, sambung Maria. Masalahnya, obat sitostatika tidak hanya memberantas sel kanker. Sel-sel darah normal yang diproduksi dalam sumsum tulang turut terberantas, sehingga pasien mengalami kondisi yang sangat rawan terhadap infeksi, perdarahan, maupun kesehatan umum.

Sejalan dengan kemampuan untuk memberantas sel kanker, efek samping sitostatika mutakhir juga makin kuat. Oleh karena itu, perlu dipantau ketat efek samping terhadap hati, jantung, dan ginjal. Untuk itu, di samping sitostatika, penderita diberi pula obat penangkal efek samping, tranfusi darah, antibiotika, serta makanan bergizi.

âPengobatan penderita leukemia harus dilakukan di rumah sakit dengan sarana lengkap, termasuk kamar bebas infeksi dan dilakukan oleh ahli,




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment